Selasa, 09 Desember 2014

Pengalaman Anak Berkebutuhan Khusus Bersekolah di Sekolah Umum

   Sebelum sekolah SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta didirikan sebagai sekolah inklusi, sekolah ini hanya menerima orang-orang normal tanpa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Pada tahun 2008, ada seorang difabel tuli bernama Indra Kurmala yang mendaftar sekolah di SMK tersebut. Dia adalah siswa yang memiliki keterbatasan pendengaran dan lulus SMP dari SLB Negeri 2 Bantul. Sebelum lulus SMP, Mala ingin sekali masuk sekolah umum dan berpikir mencarinya walaupun tidak inklusi. Keinginannya kuat untuk bisa masuk sekolah umum dan tetap semangat pantang menyerah. Perjuangannya tidak mudah untuk bisa mewujudkan cita-citanya dan ingin memiliki keahlian tertentu. Ibunya mencarikan beberapa sekolah umum yang bisa menerima Mala dengan keterbatasannya. Hingga akhirnya SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta menjadi pilihannya.
   
   Setelah memilih sekolah umum, Mala mantap memilih jurusan Teknik Mesin Otomotif karena ingin mendapatkan bekal ilmu dan keterampilan. Kemudian dia mengikuti tahap-tahap ujian masuk seperti wawancara dan tes tertulis. Dia menunggu pengumuman penerimaan siswa baru. Esok hari, dia datang di sekolah untuk melihat pengumuman. Dia ingin tahu apakah diterima atau tidak menjadi siswa baru di SMK itu. Setelah mencari nama-nama siswa yang diterima di papan pengumuman, akhirnya dia menemukan namanya masuk ke dalam daftar siswa baru di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Mala dan keluarganya sangat bersyukur dan gembira.

   Mala adalah siswa ABK pertama dan motivasi bagi pihak sekolah untuk mendirikan sekolah inklusi. Pihak sekolah berusaha mewujudkan nilai-nilai Islam yaitu menjadi rahmat seluruh alam. Salah satunya dengan menerima orang-orang disabilitas bisa mengikuti proses belajar di sekolah. SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta berubah menjadi sekolah inklusi pertama dirintis oleh Pak Muhaimin sejak tahun 2008. Perjuangannya tidak sia-sia hingga saat ini SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta masih menerima anak berkebutuhan khusus untuk bersekolah di sana.

   Sembari memperlihatkan lembaran kertas tentang informasi pendaftaran masuk sekolah, Pak Muhaimin memberitahu kepada semua murid bahwa di sekolahnya terdapat siswa difabel tuli. Murid-murid baru menyadarinya. Beliau berani mencoba berinteraksi dengan tuli dengan menggunakan tulisan di kertas atau pun mengetik di HP. Setahuku, Pak Muhaimin seorang yang baik hati terhadap disabilitas termasuk tuli.

   Saat menjelaskan materi pelajaran, guru sudah tahu kalau murid di kelas ada yang difabel tuli sehingga beliau menulis materi di papan tulis agar siswa tuli tidak tertinggal materi. Mala menemui beberapa kesulitan dan coba menanyakan kepada Ibu Guru. Ibu Guru merasa senang karena Mala mau bertanya kemudian dengan tersenyum beliau memberi arahan dan contoh dengan pelan-pelan dan menuliskan di buku catatan. Setelah dijelaskan, Mala baru paham dan langsung mengerjakan soal latihan.

   Saat masuk kelas 2 SMK, Mala meminta kepada pihak sekolah untuk menyediakan guru pendamping. Kemudian pihak sekolah memanggil seorang guru dari SLB Negeri Berbah Sleman yang bernama Bu Tri untuk ditugaskan sebagai guru pendamping. Mala sangat antusias belajar dengan Bu Tri di ruang inklusi yang telah disediakan oleh pihak sekolah yang terletak di lantai 2 Gedung Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ). Beberapa bulan kemudianm, beliau keluar dari sekolah dan melepaskan penugasan sebagai guru pendamping karena memiliki banyak kesibukan mengajar dI SLB Berbah. Beliau tidak bisa hanya terfokus mendampingi Mala.
   Pada tahun 2008, Pak Anang yang merupakan salah satu seorang guru di sekolah SLB mendapat tugas dari Dinas Pendidikan,Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY untuk mendampingi ABK selama pelajaran di sekolah dan juga mendampingi murid ABK saat mengikuti les atau pun tambahan pelajaran.

   Tahun 2009, ada lagi 3 orang tuli masuk sekolah di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta yaitu Bowo, Rifki dan Rizky. Mereka adalah lulusan SMPLB yang berbeda. Bowo dan Rifki berasal dari Yogyakarta sedangkan Rizky dari Klaten, Jawa Tengah. Bowo bersama ibunya mendaftar di sekolah tersebut dnegan mengambil jurusan Teknik Kendaraan Ringan(TKR). Setelah melihat pengumuman Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), mereka sangat gembira dengan diterimanya Bowo belajar di sekolah tersebut. Berikutnya, Rifki dan Rizky juga mengalami hal sama dengan Bowo namun Rizky memilih jurusan Teknik Mesin Otomotif (TMO). Tetapi sayangnya, Bowo dan Rifki keluar dari sekolah karena tidak mampu membayar SPP sedangkan orangtua dari Rifki tidak sanggup membiayai sekolahnya. 

   Seperti Mala, Rizky juga mengalami hambatan saat guru menerangkan materi karena guru berbicara menggunakan oral yang tidak dimengerti oleh Rizky yang difabel tuli. Namun mereka berani bertanya dengan teman sekelasnya walaupun ada hambatan komunikasi. Mereka mendapat perlakukan baik oleh guru dan teman-temannya seperti bercanda, belajar bersama dan bermain. Setelah Bowo dan Rifki keluar dari sekolah, Mala dan Rizky tetap bertahan dan fokus sekolah sampai lulus karena dukungan orangtua dan keluarga.

    Setelah satu tahun sekolah di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, mereka sudah bisa beradaptasi dengan orang-orang di sekitar lingkungan sekolah. Pada tahun 2011, aku yang seorang tuli mendaftar sekolah di sana dan alhamdulillah aku diterima. Dulu aku juga sekolah di sekolah inklusi yaitu SMP Negeri 2 Sewon bersama 3 orang difabel tuli lainnya meskipun mereka semua perempuan.

   Dulu saat aku masih SD, aku diajak ibuku masuk SMP umum namun aku menolak karena takut diejek teman-teman normal. Akhirnya, aku menerima bujukan dari ibuku untuk mendaftar sekolah umum SMP dan SMK. Tetapi aku harus banyak belajar dan beradaptasi dengan orang-orang normal. Aku mendaftar di ruang lobi SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta bersama ibuku dengan memilih jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).

   Hingga tahun 2014 ini, banyak orang tuli dan juga disabilitas lainnya seperti low vision mendaftar di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Dari tahun 2008 sampai 2014 jumlah total ada 19 orang disabilitas termasuk alumni sekolah dan masih berstatus pelajar. Untuk teman-teman tuli dan difabel lainnya,jangan takur untuk sekolah di sekolah umum yang inklusi karena kita semua berhak mendapatkan pendidikan yang layak. 

SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta
(sumber : Internet)
SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta
(sumber : Internet)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar